Klaim kemenangan Mardiono dalam Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menuai kontroversi yang tidak terduga. Pendukung Agus Suparmanto bersikeras bahwa dialah yang terpilih secara aklamasi dalam forum tersebut, menandakan bahwa tradisi musyawarah yang mengedepankan konsensus masih dipegang teguh.
Sekretaris Panitia Pelaksana Muktamar X, Rusman Yakub, menegaskan bahwa penetapan Agus Suparmanto sebagai ketua umum dilakukan pada pukul 01.00 dini hari, Minggu (28/9/2025). Proses ini berlangsung dalam sidang yang dipimpin oleh Qoyum Abdul Jabbar, pimpinan Sidang Paripurna VIII, yang menjamin keabsahan keputusan tersebut.
Pernyataan penolakan terhadap klaim Mardiono juga datang dari kubu Agus Suparmanto, yang menegaskan bahwa keputusan aklamasi tersebut mencerminkan kehendak muktamirin. Penegasan ini menunjukkan perbedaan pandangan yang cukup tajam antara kedua kubu di dalam partai.
Pertarungan Politikal dalam Muktamar X PPP yang Memanas
Salah satu isu yang mencuat dalam muktamar ini adalah ketidakpuasan sebagian anggota terhadap cara penyelenggaraan dan pengambilan keputusan. Hal ini menjadi pangkal masalah yang mengundang protes dari berbagai pihak yang merasa hak-haknya diabaikan. Situasi ini menciptakan suasana tegang di antara pendukung kedua calon.
Qoyum Abdul Jabbar yang memimpin sidang menyayangkan tindakan Mardiono yang dianggap tidak berlandaskan pada hal yang benar. Ia menilai bahwa klaim sepihak tidak mencerminkan proses demokrasi yang seharusnya berlangsung di dalam partai. Ini menambah keruh suasana yang sudah tegang.
Pernyataan Qoyum juga menunjukkan adanya perbedaan interpretasi terhadap prosedur aklamasi. Di satu sisi, pihak Agus Suparmanto menilai bahwa hasil muktamar adalah sah, sementara pihak Mardiono merasa dirugikan. Ketegangan ini berpotensi memecah belah partai jika tidak segera diselesaikan.
Reaksi terhadap Klaim Mardiono dan Dinamika Partai
Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy, menambahkan bahwa aklamasi Mardiono sebagai Ketum tidak akan diakui karena proses yang tidak sesuai aturan. Ia menegaskan bahwa pernyataan Mardiono hanya klaim sepihak yang tidak mencerminkan hasil demokratis. Hal ini membuat suara dari kubu Agus semakin kuat.
Rommy, sapaan akrabnya, hingga saat ini terus menyoroti kejanggalan yang muncul dalam proses aklamasi. Ia berpendapat bahwa tidak semestinya keputusan strategis diambil tanpa melibatkan semua pihak secara terbuka. Pernyataan ini menunjukkan betapa kompleksnya situasi yang ada.
Hasil muktamar menjadi sorotan publik, menciptakan berbagai spekulasi dan tuduhan di ruang media. Bahkan, Rommy menyentil mengenai tempat dilakukannya aklamasi Mardiono, yang dilakukan dalam konteks yang tidak biasa, yaitu di kamar hotel. Hal ini memperkuat kritik bahwa prosedur yang diambil patut dipertanyakan.
Upaya Rekonsiliasi dan Masa Depan PPP Pasca Muktamar
Dengan situasi yang semakin rumit, langkah-langkah rekonsiliasi menjadi kebutuhan mendesak guna memperbaiki hubungan antara kedua kubu. Pertemuan antara pendukung kedua belah pihak mungkin diperlukan untuk meredakan ketegangan dan mencari titik temu. Melainkan, tanpa ada upaya tersebut, risiko perpecahan dapat terjadi.
Generasi muda dalam partai juga perlu diberdayakan dalam proses rekonsiliasi ini dengan memfasilitasi dialog terbuka. Dengan melibatkan mereka, harapannya bisa terjalin komunikasi yang lebih baik antara semua elemen partai. Ini menjadi kunci dalam menciptakan suasana harmonis bagi PPP ke depan.
Meskipun tantangan di depan tampak berat, pengelolaan yang baik dan keinginan dari semua pihak untuk bersatu bisa membawa perubahan positif. Menumbuhkan semangat kolektif guna memperkuat posisi partai di pentas politik menjadi langkah strategis yang harus menjadi prioritas. Hal ini diperlukan untuk kembali menunjukkan eksistensi PPP di kancah politik nasional.