Sebuah insiden di sebuah sekolah menengah atas baru-baru ini menarik perhatian publik. Seorang siswa mengakui bahwa dirinya merokok di area belakang sekolah, yang memicu tindakan tegas dari kepala sekolahnya.
IL, nama siswa tersebut, merasa terkejut setelah ditegur oleh kepsek yang menuntutnya mencari puntung rokok yang telah dihisapnya. Kejadian ini menunjukkan kompleksitas yang seringkali dihadapi oleh institusi pendidikan terkait disiplin dan perilaku siswa.
Saat ditanya lebih lanjut, IL mengungkapkan pengalamannya saat melakukan tindakan yang tidak diperbolehkan ini. Ia datang ke belakang warung untuk merokok karena merasa tidak ada yang melihat, tetapi ternyata kepala sekolah ternyata tidak bisa dihindari.
Menghadapi Konsekuensi dari Tindakan Negatif
Setelah caught in the act, IL merasakan bahwa suasana semakin tegang. Kepsek, yang merasa marah dan kesal, merespons tindakan siswa tersebut dengan cara yang lebih agresif daripada yang diharapkan.
Dalam pengakuannya, IL menceritakan bagaimana kepala sekolah menendangnya ketika sudah berada di antara mereka. Tindakan tersebut, bagi IL, bukan hanya fisik tetapi juga menimbulkan efek psikologis yang mendalam.
Sikap kepala sekolah ini menunjukkan bagaimana otoritas dalam pendidikan bisa berujung pada kekerasan, meskipun ada niat untuk mendidik. Setiap tindakan, baik positif maupun negatif, memiliki konsekuensi yang akan terukir dalam ingatan siswa.
Pentingnya Dialog dalam Pendidikan
Setelah kejadian itu, IL mencoba untuk memahami motivasi di balik tindakan kepala sekolahnya. Ia merasa bahwa pendekatan mendidik melalui dialog lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan kekerasan.
Di dalam ruang Bimbingan Konseling, pertemuan tersebut berlanjut dengan semakin panas. Kepsek tidak hanya menampar IL, tetapi juga tampak menahan emosinya ketika melihat reaksi siswa tersebut.
Dari perspektif pendidikan, insiden ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih manusiawi dalam menangani masalah perilaku siswa. Pendidikan seharusnya menjadi proses yang saling menghormati, bukan hanya terkait dengan disiplin dan hukuman.
Menilai Dampak Emosional pada Siswa
Setelah kejadian tersebut, IL mengaku tidak lagi mengalami kekerasan fisik. Namun efek dari perilaku memarahi dan kekerasan dalam mendidik tetap meninggalkan bekas yang mendalam.
Penting untuk mengingat bahwa tindakan fisik, meskipun dapat dianggap sebagai bentuk disiplin, sering kali berujung pada trauma jangka panjang bagi siswa. IL merasakan ketidaknyamanan yang berkelanjutan, meskipun tampak damai setelah kejadian itu.
Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan pengajar untuk menyadari dampak psikologis dari tindakan mereka. Menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih konstruktif dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.