Dalam ajang badminton yang bergengsi seperti French Open, setiap pertandingan menjadi momen yang sangat penting bagi para atlet yang berkompetisi. Salah satu pertandingan yang menarik perhatian adalah antara pasangan Jafar Hidayatullah dan Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu melawan pasangan ganda campuran unggulan ketiga, Dechapol Puavaranukroh dan Supissara Paewsampran. Pertandingan ini berlangsung di Glaz Arena, Cesson-Sevigne pada 23 Oktober 2025.
Jafar dan Felisha, yang merupakan pasangan baru sejak Agustus 2024, berusaha memberikan perlawanan yang sengit. Walaupun peringkat mereka berada di posisi 11 dunia, mereka mencoba menunjukkan kemampuan terbaik mereka di hadapan publik, meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah mudah.
Dalam pertandingan tersebut, Jafar dan Felisha sempat menunjukkan permainan yang menjanjikan. Pada awalnya, mereka mampu menyamakan kedudukan di titik kritis, tetapi tekanan dari lawan membuat mereka tertekan dan kehilangan momentum.
Analisis Pertandingan: Awal yang Menjanjikan dan Taktik Permainan
Setelah skor tercatat 5-5 di set pertama, pasangan Indonesia tersebut mulai tertinggal. Dechapol dan Supissara menunjukkan keunggulan teknis yang jelas, memanfaatkan pengalaman mereka sebagai tim unggulan untuk mendominasi permainan. Jafar dan Felisha sempat mendapatkan momen ketika meraih beberapa poin berturut-turut namun tidak berlangsung lama.
Setelah interval pada skor 5-11, jarak kembali melebar dan membuat Jafar dan Felisha berjuang lebih keras. Usaha mereka untuk merapatkan jarak mulai membuahkan hasil saat kedudukan menjadi 8-14. Namun, pertahanan kuat dari lawan membuat kesinambungan perolehan poin menjadi sulit.
Ketidakstabilan dalam meraih poin menjadi kendala bagi Jafar dan Felisha dalam melanjutkan permainan dengan baik. Setelah sempat unggul hingga mendekati angka 12, pasangan ini gagal mempertahankan momentum dan kembali tertinggal, menyebabkan frustrasi yang jelas terlihat di wajah mereka.
Perubahan Strategi di Set Kedua: Harapan yang Pudar
Pada set kedua, Jafar dan Felisha mengalami start yang kurang baik. Mereka langsung tertinggal 1-7, sebuah posisi yang sulit untuk bangkit. Keduanya berusaha keras untuk memperbaiki permainan, tetapi ketenangan dan ketepatan dari Dechapol dan Supissara terlihat sangat mendominasi.
Meskipun demikian, Jafar dan Felisha tidak menyerah. Mereka berjuang untuk mendekati lawan dan mampu menyamakan kedudukan menjadi 10-10. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bersaing, meskipun harus menghadapi situasi sulit.
Namun, pada titik krusial, mereka kembali gagal mengungguli lawan setelah interval. Dalam beberapa pengunduran poin, Jafar dan Felisha terjebak dalam permainan lawan yang sangat solid. Terlihat bahwa kepercayaan diri mereka mulai menurun seiring dengan angka yang berkumpul bagi pasangan lawan.
Impak dan Pelajaran yang Dipetik dari Pertandingan Ini
Pada akhirnya, Jafar dan Felisha harus mengakui keunggulan Dechapol dan Supissara dengan skor 19-21, 17-21. Hasil ini menjadi pelajaran berharga bagi pasangan muda Indonesia tersebut. Mereka perlu menganalisis permainan dan meningkatkan aspek-aspek tertentu untuk meningkatkan performa di masa depan.
Pengalaman bertanding melawan tim unggulan seperti Dechapol dan Supissara adalah sebuah kehormatan sekaligus tantangan besar. Dengan hasil ini, mereka bisa belajar untuk memperbaiki strategi dan mental bertanding. Ini adalah proses pengembangan yang perlu dilalui oleh setiap atlet untuk mencapai puncak prestasi.
Selanjutnya, Jafar dan Felisha diharapkan tak berkecil hati dan terus berlatih keras. Setiap kekalahan merupakan pintu pembelajaran. Dalam dunia olahraga, yang terpenting adalah kemampuan untuk bangkit dan menghadapi tantangan berikutnya dengan semangat baru dan strategi yang lebih baik.