Kota Roma, Italia – Pada malam tanggal 25 Oktober 2025, Wakil Presiden Indonesia yang keenam dan keduabelas, Muhammad Jusuf Kalla, berangkat menuju Roma untuk menghadiri International Meeting for Peace yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant’Egidio. Acara ini berlangsung dari 26 hingga 28 Oktober 2025 dan bertujuan untuk memperkuat dialog perdamaian dalam skala internasional.
Forum yang mengusung tema “Daring Peace” ini akan menyatukan berbagai pemimpin dunia, tokoh agama, akademisi, dan aktivis kemanusiaan. Mereka akan bekerja sama dalam mencari solusi untuk berbagai konflik yang mengganggu perdamaian global saat ini.
Acara pembukaan forum ini dijadwalkan pada hari Minggu, tepatnya pukul 17.00 waktu setempat, bertempat di Santa Cecilia Hall yang terletak di Auditorium Parco della Musica, Roma. Kehadiran Jusuf Kalla diharapkan dapat membawa pandangan baru tentang pentingnya dialog antariman di lingkungan internasional.
Beberapa tokoh ternama yang juga akan menjadi pembicara utama dalam forum ini antara lain Presiden Italia Sergio Mattarella, Presiden Prancis Emmanuel Macron, serta Ratu Belgia Mathilde. Kehadiran Grand Syekh Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb, dan Kardinal Vatikan Pietro Parolin akan menambah bobot diskusi tentang perdamaian lintas agama.
Selain itu, pada tanggal 27 Oktober 2025, Jusuf Kalla diundang sebagai salah satu pembicara utama di Forum 1 yang memiliki tema “An Unarmed and Disarming Peace”. Dalam sesi ini, dia akan membahas strategi untuk mencapai perdamaian dengan cara tanpa kekerasan melalui dialog, solidaritas, dan peran institusi keagamaan.
Tidak hanya Jusuf Kalla, forum ini juga akan menampilkan sejumlah tokoh internasional lainnya, seperti Presiden Leaders pour la Paix Foundation dari Prancis, Donia Kaouach, Presiden Dhammaraingsei Buddhist Association dari Kamboja, Touch Sarith, serta Wakil Perdana Menteri Lebanon, Tarek Mitri. Mereka semua memiliki komitmen yang sama untuk mempromosikan perdamaian dunia.
Menjaga Perdamaian Melalui Inisiatif Global yang Kuat
Inisiatif global seperti International Meeting for Peace sangat penting dalam konteks saat ini, di mana konflik bersenjata sering kali menjadi berita utama. Acara ini memberikan platform bagi diskusi yang konstruktif dan inklusif tentang bagaimana cara menciptakan perdamaian yang lebih berkelanjutan.
Seiring dengan meningkatnya perpecahan dalam masyarakat dunia, dialog antariman dan kolaborasi antarnegara menjadi lebih penting dari sebelumnya. Melalui forum ini, para peserta diharapkan dapat merumuskan strategi-strategi baru yang dapat diterapkan secara praktis untuk menyelesaikan konflik dan memperkuat ikatan antarbangsa.
Jusuf Kalla, yang memiliki pengalaman luas dalam diplomasi, diharapkan dapat memberikan perspektif uniknya tentang bagaimana Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, bisa berperan dalam memfasilitasi dialog lintas agama. Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat posisinya di panggung internasional.
Dengan menghadirkan tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang, forum ini menunjukkan komitmen terhadap perdamaian yang universal. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa perspektif yang berbeda sangat dibutuhkan dalam mencari solusi terhadap masalah kompleks yang dihadapi oleh umat manusia.
Program ini berdampak luas tidak hanya bagi peserta, tetapi juga bagi masyarakat global. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dialog, saling pengertian, dan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
Peran Dialog Lintas Agama dalam Membangun Jembatan Perdamaian
Dialog antaragama merupakan salah satu kunci untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan di dunia yang semakin terpolarisasi. Dalam konteks ini, Jusuf Kalla berharap dapat menjadi jembatan antara berbagai ajaran dan keyakinan yang ada di dunia.
Pertemuan seperti ini memberikan kesempatan bagi pemimpin agama dari berbagai tradisi untuk bersatu dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Hal ini penting dalam mengurangi ketegangan yang sering kali memicu konflik.
Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa pemimpin agama memiliki peran besar dalam menciptakan kedamaian. Dengan melibatkan mereka, forum ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana agama bisa menjadi sumber penyelesaian konflik dan bukan justru pemicu perpecahan.
Keberadaan tokoh-tokoh agama ternama di forum akan membantu memperkuat pesan bahwa kerja sama lintas iman adalah mungkin dan sangat diperlukan. Pesan ini diharapkan dapat menyebar luas ke berbagai lapisan masyarakat.
Melalui upaya dialog ini, diharapkan semangat toleransi dan saling menghormati bisa tumbuh, membawa umat manusia menuju bimbingan spiritual yang lebih baik.
Status Perdamaian Global dan Tantangan yang Dihadapi Saat Ini
Status perdamaian global saat ini mencerminkan banyak tantangan, mulai dari konflik regional hingga terorisme internasional. Diskusi dalam forum ini akan mengeksplorasi berbagai aspek dari tantangan tersebut dan bagaimana solusinya dapat diterapkan secara efektif.
Selain itu, tantangan seperti perubahan iklim juga menjadi faktor penyebab konflik yang semakin nyata. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam mencari solusi untuk perdamaian yang bertahan lama.
Prinsip-prinsip yang dibahas dalam forum ini harus digalakkan untuk diterapkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Kerja sama internasional yang erat dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial sangat dibutuhkan untuk menciptakan dunia yang lebih damai.
Forum ini tak hanya menjadi ajang pertukaran ide, tetapi juga menyuguhkan pengalaman praksis yang bisa diadaptasi oleh para pemimpin dalam kebijakan mereka. Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan momentum ini sebaik-baiknya.
Keterlibatan pemimpin dunia dan tokoh agama dalam diskusi ini menjadi harapan baru bagi pencarian perdamaian global yang lebih berkelanjutan. Kolaborasi lintas batas dapat menciptakan langkah yang lebih konkret dalam mencapai tujuan ini.
















