Menteri Agama Nasaruddin Umar melaksanakan perjalanan penting menuju Vatikan guna menghadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant’Egidio. Pertemuan ini bertujuan untuk mempromosikan dialog dan kerjasama antaragama demi terciptanya perdamaian dunia.
Dalam perjalanan tersebut, Nasaruddin berangkat dari Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2025 dan tiba di Roma di hari yang sama. Setibanya di sana, dia menghadiri undangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci, di mana dia bertemu dengan ratusan diaspora Indonesia yang berada di Roma.
Acara ini menjadi momen penting tidak hanya bagi Nasaruddin, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri. Duta Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci, Michael Trias Kuncahyono, berperan sebagai tuan rumah dalam pertemuan ini dan memberikan sambutan hangat kepada semua tamu yang hadir.
Dalam suasana yang penuh kebersamaan, hadir juga sejumlah Dubes dari berbagai negara yang menunjukkan komitmen mereka terhadap perdamaian global. Antara lain; Dubes Jepang CHIBA Akira dan Dubes Lituania Sigita Maslauskaite Mazyliene turut serta dalam pertemuan ini, yang menegaskan pentingnya kerjasama lintas negara demi mencapai tujuan mulia tersebut.
“Kunjungan saya ke Roma dan Vatikan adalah untuk berbicara tentang ‘Mengenang Paus Fransiskus’ pada Pertemuan Internasional untuk Perdamaian,” ungkap Nasaruddin dalam keterangannya sehari setelah kedatangan.
Pentingnya Pertemuan Internasional untuk Perdamaian
Pertemuan Internasional untuk Perdamaian menjadi wadah bagi pemimpin dunia dan tokoh agama untuk menyatukan suara dalam mempromosikan kerukunan antaragama. Diskusi yang dilakukan di acara tersebut bertujuan untuk mencari solusi dari konflik yang seringkali terjadi akibat perbedaan pandangan dan keyakinan.
Komunitas Sant’Egidio telah dikenal luas sebagai inisiator acara-acara perdamaian global, dan pertemuan kali ini tidak terkecuali. Dengan menghadirkan berbagai tokoh penting, diharapkan dapat menginspirasi gerakan perdamaian yang lebih luas dan berkesinambungan.
Tema yang diusung dalam pertemuan ini memfokuskan pada dialog konstruktif antaragama. Diharapkan, setiap peserta dapat membawa pulang pesan perdamaian yang bisa diterapkan di negara masing-masing.
Partisipasi Indonesia dalam acara ini menunjukkan komitmennya untuk mendukung perdamaian dunia. Nasaruddin dan para tokoh agama Indonesia menjadi jembatan untuk menyampaikan pesan toleransi dan saling menghormati.
Peran Nasaruddin Dalam Memperkuat Misi Perdamaian
Nasaruddin Umar memiliki tanggung jawab besar untuk memperkuat misi perdamaian ini. Dia tidak hanya mewakili Kementerian Agama, tetapi juga masyarakat Indonesia di panggung internasional. Melalui perannya, ia diharapkan dapat menyuarakan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan.
Selama acara berlangsung, Nasaruddin berkesempatan untuk berbincang langsung dengan pemimpin agama lainnya. Diskusi ini memperkaya perspektifnya mengenai tantangan terbaru yang dihadapi dunia dalam konteks kerukunan antar umat beragama.
Kontribusi Nasaruddin dalam pertemuan ini menunjukkan sinergi antara pemerintah dan tokoh agama dalam upaya menciptakan perdamaian. Ia berharap, dari pertemuan ini, dapat terjalin kerjasama yang lebih erat di antara negara-negara dalam menghadapi ekstremisme dan radikalisasi.
Umat beragama di seluruh dunia sangat berharap agar pertemuan ini menghasilkan langkah nyata dalam menciptakan perdamaian. Melalui upaya bersama, perdamaian bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Dengan Dialog, Kita Bisa Mencapai Perdamaian Yang Berkelanjutan
Dialog yang konstruktif adalah kunci dalam mencapai perdamaian berkelanjutan. Dalam konteks ini, pertemuan Internasional untuk Perdamaian menjadi langkah awal yang strategis untuk menciptakan iklim yang mendukung pengertian dan toleransi.
Partisipasi dari beragam pihak menunjukkan bahwa permohonan untuk perdamaian adalah suara kolektif yang mengharapkan adanya perubahan. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan dan berkontribusi terhadap misi mulia ini.
Bahkan, pertemuan ini dapat mendorong individu maupun kelompok untuk lebih aktif dalam kegiatan yang mendukung perdamaian. Setiap tindakan kecil yang dilakukan dapat memberikan dampak yang besar.
Dengan saling mendengarkan dan memahami posisi satu sama lain, kita bisa menciptakan jembatan antar budaya yang memupuk kerukunan. Nasaruddin dan seluruh peserta pertemuan ini adalah contoh nyata dari komitmen tersebut.
















