Demam Berdarah Dengue: Kenali Gejala dan 3 Fase Kritis

Demam Berdarah Dengue: Kenali Gejala dan 3 Fase Kritis

Demam Berdarah Dengue – Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K), menekankan pentingnya pemahaman masyarakat mengenai tanda dan gejala demam berdarah dengue (DBD). Ia menjelaskan bahwa ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue yang terjadi selama tujuh hari.

“Ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue selama tujuh hari, yang meliputi fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan,” tutur Anggraini melalui keterangan tertulis yang diterima Kami, Jumat (20/9).

Fase Kritis Demam Berdarah Dengue: Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai

Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K) menjelaskan bahwa fase kritis dalam demam berdarah dengue (DBD) ditandai dengan turunnya demam. Meskipun penurunan demam mungkin tampak seperti tanda pemulihan, fase ini justru adalah yang paling berbahaya. Pasien harus mewaspadai tanda-tanda bahaya dan segera ke rumah sakit jika mengalami salah satu dari tanda-tanda tersebut.

Waspadai Tanda Bahaya Demam Berdarah Dengue: Segera ke Rumah Sakit Jika Mengalami Gejala Ini

Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K), menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap tanda-tanda bahaya selama fase kritis demam berdarah dengue (DBD). “Apabila ada salah satu saja tanda bahaya, seperti nyeri perut hebat, muntah-muntah, perdarahan, lemah, atau gelisah; pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut,” jelasnya.

DBD, yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue, merupakan penyakit serius yang bisa menyerang seseorang lebih dari sekali. Infeksi lanjutan berpotensi lebih parah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, hingga April 2024, terdapat lebih dari 7,6 juta kasus global dengan lebih dari 3.000 kematian.

DBD di Indonesia: Prevalensi Tinggi dan Beban Ekonomi yang Signifikan

Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi demam berdarah dengue (DBD) tertinggi di Asia Tenggara. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan lebih dari 190.561 kasus dan 1.141 kematian dilaporkan hingga minggu ke-36 tahun ini. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan dengan 114.720 kasus dan 894 kematian yang dilaporkan pada tahun 2023.

Beban ekonomi yang ditimbulkan oleh DBD juga sangat signifikan. BPJS Kesehatan mencatat pembiayaan untuk penanganan DBD mencapai Rp1,3 triliun pada tahun 2023, meningkat tajam dari Rp626 miliar pada tahun sebelumnya.

Belum Ada Obat untuk DBD: Pentingnya Pencegahan Infeksi Dengue

Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk mengobati infeksi dengue. Oleh karena itu, pencegahan menjadi langkah yang sangat penting, seperti yang diungkapkan oleh Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K).

Menurutnya, upaya pencegahan dengue harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga. “Upaya ini harus dimulai dari tingkat terkecil, yaitu diri sendiri dan keluarga. Gerakan 3M Plus dan vaksinasi adalah langkah penting untuk melindungi keluarga kita dari ancaman dengue,” jelas Anggraini.

Vaksin DBD: Mencegah Keparahan Infeksi Dengue

Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K), menjelaskan bahwa pemberian vaksin dapat mengurangi risiko keparahan dan kebutuhan rawat inap akibat infeksi dengue. “Untuk mencapai perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis vaksin dengue sesuai yang direkomendasikan dokter. Dengan begitu, risiko keparahan dan rawat inap akibat dengue dapat berkurang secara signifikan,” ungkapnya.

Meskipun anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap DBD, Anggraini menegaskan bahwa remaja dan orang dewasa juga memerlukan perlindungan. “Penyebaran virus dengue tidak terbatas pada usia, di mana seseorang tinggal, atau gaya hidup mereka,” tambahnya.

 

Informasi berita game lainnya terupdate.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *