Kekurangan Protein pada Anak: Risiko Kesehatan

Kekurangan Protein pada Anak: Risiko Kesehatan

Kekurangan Protein – Protein memiliki peran yang sangat penting dalam tubuh, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Zat ini berfungsi sebagai komponen utama dalam pembentukan sel, jaringan, otot, dan sistem kekebalan tubuh. Tanpa asupan protein yang memadai, perkembangan fisik dan kesehatan anak bisa terganggu.

Untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal, anak-anak memerlukan asupan protein yang cukup. Sumber protein bisa diperoleh dari berbagai jenis makanan, seperti ikan salmon, susu, keju, yoghurt, daging, telur, dan kacang-kacangan. Konsumsi makanan kaya protein ini tidak hanya membantu memperkuat otot dan jaringan, tetapi juga menjaga kekebalan tubuh anak tetap optimal.

Dampak Kekurangan Protein pada Anak: Gangguan Kesehatan dan Perkembangan

Apa yang terjadi jika anak kekurangan protein? Menurut Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, kekurangan protein pada anak dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka secara signifikan. “Dampak kekurangan protein yaitu gangguan kesehatan, hambatan tumbuh kembang, hingga stunting,” ujar Luciana, seperti yang dilansir dari Antara.

Selain menghambat pertumbuhan fisik, kekurangan protein juga bisa mempengaruhi perkembangan otak anak. Tidak hanya itu, Luciana menjelaskan bahwa kekurangan protein dapat melemahkan sistem imunitas anak, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit. Ini menunjukkan betapa pentingnya memastikan asupan protein yang cukup untuk mendukung pertumbuhan yang optimal dan menjaga kesehatan anak.

Pentingnya Asupan Protein yang Seimbang untuk Anak

Anak-anak memerlukan asupan protein yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Protein bisa didapatkan dari sumber hewani dan nabati, yang keduanya sama-sama penting bagi kesehatan anak.

Menurut Dr. Luciana B. Sutanto, konsumsi protein harus disesuaikan dengan usia anak. “Pada anak batita, anjuran konsumsi protein nabati adalah 10 persen dari isi piring, sementara untuk balita anjurannya sekitar 35 persen dari porsi makanan berasal dari protein hewani dan nabati,” jelas Luciana. Ini menandakan bahwa keseimbangan antara protein hewani dan nabati sangat penting untuk memastikan anak mendapatkan semua asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh.

Dengan mengonsumsi sumber protein hewani, seperti daging, ikan, telur, serta sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dan tahu, anak-anak dapat memperoleh nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Program Makan Siang Gratis: Solusi untuk Penuhi Kebutuhan Protein Anak

Menurut Dr. Luciana B. Sutanto, program makan siang gratis yang dicanangkan pemerintah untuk anak sekolah harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi yang lengkap, termasuk protein. Program ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah konsumsi protein di kalangan masyarakat Indonesia, yang masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2023 menunjukkan bahwa konsumsi protein hewani dan nabati penduduk Indonesia rata-rata masih 62,3 gram per kapita per hari. Angka ini lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Kamboja dengan 63,3 gram, Thailand dengan 66,5 gram, Filipina sebanyak 73,1 gram, Myanmar sebanyak 78,3 gram, Malaysia sebanyak 89,1 gram, dan Vietnam sebanyak 94,4 gram per kapita per hari.

Melalui program makan siang gratis yang memperhatikan keseimbangan gizi, termasuk asupan protein yang memadai, pemerintah dapat membantu meningkatkan konsumsi protein penduduk Indonesia, terutama pada anak-anak, untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan yang lebih baik.

 

 

Informasi berita game lainnya terupdate.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *